Powered By Blogger

Jumat, 12 Juni 2015

BUDAYA MENYONTEK



BUDAYA MENYONTEK


DEFINISI :
                Mencontek memiliki arti yang beraneka macam, akan tetapi biasanya dihubungkan dengan kehidupan sekolah khususnya bila ada ulangan dan ujian. Biasanya usaha mencontek dimulai pada waktu ulangan dan ujian akan berakhir, tapi tidak jarang usaha tersebut telah dimulai sejak ujian dimulai. Walaupun kata mencontek telah dikenal sejak lama namun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tersebut tidak dapat ditemukan secara langsung. Kata mencontek baru ditemukan pada kata jiplak menjiplak yaitu mencontoh atau meniru 
 tulisan pekerjaan orang lain. Dalam kamus modern bahasa Indonesia istilah mencontek memiliki pengertian yang hampir sama yaitu meniru hasil pekerjaan orang lain.
KATAGORI MENYONTEK
                  Pada dasarnya mencontek dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu mencontek dengan usaha sendiri dengan membuka buku catatan atau membuat berbagai catatan kecil yang ditulis di tangan atau di tempat lain yang dianggap aman. Bagian yang kedua yaitu dengan meminta bantuan teman. Misalnya dengan meniru jawaban dari teman atau dengan berkompromi menggunakan berbagai macam kode tertentu.
Faktor-faktor yang Menyebabkan Siswa Mencontek Ketika Ujian
  1.  Tekanan yang terlalu besar yang diberikan kepada hasil studi berupa angka dan nilai yang diperoleh siswa dalam test formatif atau sumatif.
  2.  Pendidikan moral baik di rumah maupun di sekolah kurang diterapkan dalam kehidupan siswa.
  3. Sikap malas yang terukir dalam diri siswa sehingga ketinggalan dalam menguasai mata pelajaran dan kurang bertanggung jawab.
  4.   Anak remaja lebih sering menyontek dari pada anak SD, karena masa remaja bagi mereka penting sekali memiliki banyak teman dan populer di kalangan teman- teman sekelasnya.
  5. Kurang mengerti arti dari pendidikan.
  6. Adanya kesempatan atau pengawasan tidak ketat.
  7. Takut gagal karena yang bersangkutan merasa belum siap menghadapi ujian dan dia tidak ingin mengulang.
  8. Tidak percaya diri sehingga tidak yakin pada jawabanya sendiri.
Dampak dari Perbuatan Mencontek
Dampak yang timbul dari praktik menyontek yang secara terus menerus dilakukan akan mengakibatkan ketidak jujuran. Jika tidak, niscaya akan muncul malapetaka. Peserta didik akan menanam kebiasaan berbuat tidak jujur, yang pada saatnya nanti akan menjadi kandidat koruptor.
Kebiasaan mencontek juga akan mengakibatkan seseorang tidak mau berusaha sendiri dan selalu mengandalkan orang lain. Sehingga seseorang tersebut tidak mau mempergunakan otaknya sendiri dan tentu saja akan muncul generasi-generasi yang bodoh dan tidak jujur.
Selain itu, umumnya para pelajar atau mahasiswa akan malas belajar, malas berpikir dan merenung, malas membaca dan tidak suka meneliti. Orang yang suka menyontek biasanya hanya memerlukan yang instan-instan saja dan tidak percaya pada kemampuan dirinya sendiri, yang pada akhirnya akan menjadi generasi yang labil. Kreatifitas dalam dirinya terhambat. Penuh dengan rasa malas, putus asa, dan tidak bertanggung jawab. Semua yang diraihnya tidak halal karena kecurangan sehingga mengakibatkan reputasi diri akan buruk di mata sosial.
Dampak buruk lainya adalah membodohi diri sendiri. Ketika kita mencontek, berarti kita memanipulasi nilai kita. Karena sebenarnya itu bukanlah jawaban kita, melainkan jawaban orang lain. Belum tentu jawaban teman itu benar. Dan ketika kita memberikan jawaban kepada teman kita, maka kita memberikan peluang kepada teman kita untuk mendapatkan nilai yang lebih besar.

Hal-hal yang menjadi pertimbangan ketika seseorang ingin melakukan perilaku mencontek.
Pertimbangan-pertimbangan yang sering digunakan adalah nilai-nilai agama yang akan memunculkan perasaan bersalah dan perasaan berdosa, kepuasan diri terhadap "prestasi" akademik yang dimilikinya, dan juga karena sistem pengawasan ujian, kondusif atau tidak untuk mencontek. Masalah kepuasan "prestasi" akademik juga akan menjadi sebuah konsekuensi yang mungkin menjadi pertimbangan bagi seseorang untuk mencontek. Bila ia mencontek, maka ia menjadi tidak puas dengan hasil yang diperolehnya.sebenarnya nilai hanya menjadi alat untuk mencapai tujuan dan bukan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Karena pendidikan sejatinya adalah sebuah proses manusia mencari pencerahan dari ketidaktahuan. menyontek telanjur dianggap sepele oleh masyarakat. Padahal, bahayanya sangat luar biasa. Bahaya buat si anak didik sekaligus untuk masa depan pendidikan Indonesia. Ibarat jarum kecil di bagian karburator motor. Sekali saja jarum itu rusak, mesin motor pun mati.
Cara-cara Atau kebijakan Guru/Dosen untuk Mencegah Perilaku Mencontek
Pengajaran yang orientasinya siswa mampu menjawab soal dan bukan pada pengertian serta pengembangan inovasi dan kreatifitas siswa akan menumbuhkan kebosanan, kejenuhan, suasana monoton yang dapat berakibat stress. Sudah waktunya sistem pendidikan kita bersifat two way communication antara guru/dosen dan siswa/mahasiswa. Kelompok kerja makalah, presentasi, pembuatan alat peraga, studi lapangan (misalnya ke pabrik salah satu orang tua siswa) kiranya lebih digiatkan daripada menimbuni siswa/mahasiswa dengan soal-soal yang banyak tapi dikerjakan dengan menyontek.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar